KABAR SINGAPARNA - Para pengrajin besek di Kampung Cigaleuh dan Cicurug, Kecamatan Cisayong, Tasikmalaya mengeluhkan penurunan omset yang drastis dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh pergeseran budaya masyarakat yang beralih ke penggunaan kemasan modern seperti plastik dan styrofoam.
" Dulu, besek banyak digunakan untuk berbagai keperluan, seperti wadah makanan pada acara hajatan, hantaran pernikahan, dan seserahan. Tapi sekarang, orang lebih memilih kemasan modern yang lebih praktis dan tahan lama," ujar Ibu Cucu, salah satu pengrajin besek di Desa Santanamekar, Kecamatan Cisayong.
Baca Juga: Sekitar 50 Ribu Benih Ikan Ditebar Polsek Tanjungjaya di Situ Sanghiang
Ia mengatakan, penurunan omset ini membuat para pengrajin besek kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
" Saya berharap pemerintah dapat membantu untuk kembali memasarkan besek sebagai wadah makanan yang ramah lingkungan" pungkasnya.
Sementara itu, saat ditemui di kantornya, Kepala Desa Santanamekar, Ade Saepudin, membenarkan bahwa di Desa nya terdapat beberapa pengrajin yang masih bertahan menekuni usaha pembuatan besek. Namun lanjut dia, saat ini sudah hampir punah karena omset yang menurun drastis.
![Kepala Desa Santanamekar, Kecamatan Cisayong, Ade Saepudin](https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2024/07/02/3431997616.jpg)
Baca Juga: Masih Banyak Pemilih Hantu Belum Dicoret dari Daftar Pemilih Pilkada Kabupaten Tasikmalaya
Menurutnya, pemerintah dapat membantu mereka dengan melakukan beberapa cara seperti melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat penggunaan besek yang ramah lingkungan, biodegradable, demi mendukung mendukung ekonomi lokal.