Serba Serbi Lebaran 2024, Berkisah, Berkasih dan Berpisah

- 16 April 2024, 14:00 WIB
Antrean pemudik bersepeda motor saat terjebak macet di kawasan Cikaledong, Kabupaten Bandung, Minggu (7/4/2024). Memasuki H-3 hari raya Idul Fitri 1445 H, volume kendaraan yang melintas jalur selatan Nagreg hingga Kabupaten Garut mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dan pihak kepolisian mengurai kemacetan dengan menerapkan sistem buka tutup.
Antrean pemudik bersepeda motor saat terjebak macet di kawasan Cikaledong, Kabupaten Bandung, Minggu (7/4/2024). Memasuki H-3 hari raya Idul Fitri 1445 H, volume kendaraan yang melintas jalur selatan Nagreg hingga Kabupaten Garut mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dan pihak kepolisian mengurai kemacetan dengan menerapkan sistem buka tutup. /Pikiran Rakyat/Armin Abdul Jabbar/

KABAR SINGAPARNA - Lebaran berlalu, liburan telah usai saatnya kembali ke tempat kerja masing-masing. Berbagai cerita menarik saat miudik lebaran menjadi cerita yang mendominasi di hari pertama masuk kerja. Lelah bahagia. Itulah yang dirasakan mudik tahun ini.

Macet

Sudah menjadi tradisi ketika kita melakukan perjalan mudik ke kampung halaman dan saat kembali bekerja menjadi salah satu topik perbincangan bersama teman-teman kerja.

Sekalipun ada jalan tol penggunaan untuk arus mudik dan arus balik, masih tetep menuju jalan provinsi yang kita lalui masih sulit di hindari dari kemacetan. Namun demikian, suka duka sepanjang perjalanan mudik dan balik menjadi sesuatu yang tidak mudah untuk dilupakan.

Karena cerita tentang lebaran tidak hanya soal macet dan kelelahan. Tetapi cerita lebaran mempunyai banyak kisah dibelakangnya.

Merantau

Setiap orang tentu punya pilihan dalam menjalani setipa sisi kehidupan. Tidak terkecuali dalam mencari pekerjaan. Ada yang memilih bekerja di tempat dia berasal. Ada juga yang memilih untuk merantau dari asal dimana dia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan yang lebih baik atau sekedar mencari pengalaman.

Baca Juga: Halal Bil Halal Warga Cikupa Santuni 99 Anak Yatim, Dhuafa dan Sodakoh Bagi 550 Warganya

Sebagian orang, tempat tujuan perantauan biasanya kota-kota besar khusnya di Pulau Jawa seperti ibu Kota Jakarta, Kota bandung, Kota Surabaya, Semarang dan sebagainya. Kota-kota besar tersebut menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Kesempatan mendapatkan pekerjaan terbuka lebar dikarenakan pusat-pusat pemerintahan dan perusahaan besar berada di kota tersebut.

Banyak orang meninggalkan kampung halaman berarti pula meninggalkan sanak sudara yang bisanya masih banyak berdiam di tempat asal. Karena tidak semua memilih untuk merantau. Bertani, pilihan pekerjaan yang mungkin hanya orang-orang tua saja yang masih menekuninya.

Perkembangan teknologi informasi tidak bisa dipungkiri memberi dampak positif pada terbukanya lapangan pekerjaan baru. Dunia usaha sektor kecil dan menengah bisa mengembangkan produk-produk lokal dan memasarkannya melalui internet.

Halaman:

Editor: Abub M Basit


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah