Harga Beras Naik, Warga Kampung Adat Naga Tetap Tenang Tak Terpengaruh Pasar

- 30 September 2023, 05:00 WIB
Sejumlah tampir (tempat jemur gabah) berisikan gabah hasil panen masyarakat Kampung Adat Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya terlihat berjejer di halaman rumah warga Naga.
Sejumlah tampir (tempat jemur gabah) berisikan gabah hasil panen masyarakat Kampung Adat Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya terlihat berjejer di halaman rumah warga Naga. /

KABAR SINGAPARNA - Kenaikan harga beras di pasaran yang kini berada dikisaran Rp 13.000 hingga Rp 15.000 per kilogram tidak menjadi persoalan bagi masyarakat warga Kampung Adat Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.

Bahkan warga Kampung Naga sama sekali tidak mengetahui, jika saat ini beras tengah mahal akibat adanya kenaikan harga.

Dimana selama ini warga Kampung Adat Naga mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan bercocok tanam dan bertani secara mandiri. Hasil dari bercocok tanam ini telah memenuhi kebutuhan pokok warga Kampung Naga.

Dalam artian, warga Naga tidak pernah membeli beras dari luar. Sebab kebutuhan makanan pokok sudah bisa terpenuhi dari hasil pertanian masyarakatnya.

Baca Juga: Tanggulangi Dampak Kemarau, Lebih dari 138 Ribu Liter Air Bersih Disalurkan Tagana

"Dari jaman dulu juga kami tidak pernah beli beras dari luar, sudah cukup dari hasil panen warga Kampuang Naga. Sehingga warga Kampung Naga tidak terpengaruh dengan harga beras. Bahkan tidak tahu harga beras, mau mahal atau murah,” ujar Juru Pelihara Kampung Adat Naga, Ucu Suherlan.

Dikatakan dia, ilmu bercocok tanam dan bertani warga Kampung Naga sudah diaplikasikan dari para sesepuh dan nenek moyang mereka selama lebih dari ratusan tahun. Dimana rata-rata pertanian mereka mempergunakan sistem organik dan tanpa campuran pupuk kimia.

Tidak hanya ilmu bercocok tanah dan bertani, lanjut Ucu Suherlan, warga Kampung Naga juga memegang teguh ajaran dari leluhur, sesepuh atau nenek moyang terutama sesaat setelah panen padi.

Ajaran itu, “Kaweningan”, dimana setiap warga yang sudah panen terutama padi, menyisihkan sebagian berasnya untuk keperluan di wilayah Kampung Naga. Mereka menyimpan sebagian padi hasil panen untuk dipergunakan manakala musim paceklik.

Baca Juga: Petani Sukasirna Rajapolah Andalkan Kincir Air Hadapi Kemarau

Halaman:

Editor: Aris M Fitrian


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah